sebuah naskah,
Judul : Malaikat Jatuh
Tokoh : 1. Beppu
2. Louisa Manna
3. Kakek
4. Mae
5. Penjahat 1
6. Penjahat 2
7. Lelaki Tua
OPENING
(Disebuah jalan sunyi pada malam hari, dengan suara angina bergemerisik)
Penjahat 1 : Jangan Bergerak! Apalagi berteriak! Diam kamu ditempat!
Penjahat 2 : Tak salahkah kita pilih ia? *cemas,gelisah tanpa sebab*
Penjahat 1 : Kenapa? Kau takut?
Penjahat 2 : Tidak. *mencari alasan* tidakkah kau lihat pakaiannya? Ia hanya berbekalkan tas hitam lusuh,jaket lusuh, pakaiannya pun lusuh.
Penjahat 1 : Halah ! geledah saja dia, kita akan tau !
Beppu : Saya tidak punya apa-apa.
*Penjahat 1 mengeluarkan pistol*
Penjahat 1 : Cepat berikan uang !
Penjahat 2 : Jangan macam-macam dengan kami !
Beppu : Saya tidak punya uang.
Penjahat 1 : Bangsat kau! Jangan coba-coba berbohong pada kami!
Beppu : Saya tidak berbohong!
Penjahat 1 : Serahkan saja hartamu, daripada nyawamu yang harus diserahkan pada kami? Ya kan? Hahahahahahahaha.
Penjahat 2 : Betul sekali! Hahahahahahahahaha
*Penjahat 2 menggerayangi jaket Beppu, yang segera menghindari serangan itu. Beppu berkelit dan menendang dengkul penjahat itu*
Penjahat 2 : Anjing! Berani-beraninya dia!
Penjahat 1 : Brengsek! Sial sekali! Beraninya! Tak taukah kau,siapa aku? Cuih!
Penjahat 2 : Kau belum pernah mendengar cerita tentang kamikah? Tak pernah kau diceritakan tetanggamu?
Penjahat 1 : Masih mengantuk kau rupanya. Bagaimana kalau kita bangunkan ia dari mimpi indahnya?
*Penjahat 1 menghantam punggung Beppu.*
*Beppu berkelit, dan tak sengaja, jaketnya melorot perlahan, dan terdengar suara ledakan keras*
Beppu : *meringis tanpa suara,bibirnya membentuk O netral*
Penjahat 1 : Kenapa kau tembakkan sekarang? Brengsek!
Penjahat 2 : Ba...ba...bagai..mana ini? Aku tak sadar...ma...ma...maa...fkan aku
Penjahat 1 : Bodoh! Dasar goblok! Cepat, ambil uangnya sekarang! Brengsek!
Penjahat 2 : I…i…iya
*kilau benda tajam,pisau,menebas kilat. Jaket Beppu terjatuh sepenuhnya. Satu sayapnya terbentang megah, dan kedua penjahat terpaku akan pemandangan itu*
ADEGAN 1
Lelaki tua : Pernahkah kalian dengar legenda ini ? Legenda manusia bersayap, manusia bersayap yang hidup di pegunungan tertinggi Teatimus ? makhluk berwajah elok, dengan tubuh tegap, yang hidup selama beratus-ratus tahun, entah sampai kapan, tak ada yang tahu. Pernahkah kalian mendengar kisah ini?
*bertanya-tanya*
Lelaki tua : Oh ya, tentu saja kalian belum tahu. Kakek belum pernah bercerita pada kalian bukan? Kisah ini, kisah dongeng klasik turun temurun, kisah yang diceritakan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, kisah yang tak pernah punah. Terbang dibawa angin, dan dibisikkan pada dedaunan di pohon. Nyaris seluruh manusia mengetahui kisah ini, jauh tersimpan dalam kerahasiaan. Di kedalaman lubuk jantung manusia. Bukan sembarang jantung manusia, tapi jantung manusia bersayap.
ADEGAN 2
Penjahat 1 : Ma……ma…… ma…….
Penjahat 2 : Manusia… Bersayap ?
Penjahat 1 dan 2 : Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrgh ! *keduanya meneriakkan teriakan melengking,penuh dengan ketakutan dan histeria*
*Beppu terhuyung berdiri, menatap kosong pada punggung kedua penjahat*
Beppu : Ibu… *rindu,memejamkan mata*
(sound effect : Beppu…beppu…beppu)
Beppu : Ibu? *tersenyum getir*
*Beppu bangkit,berdiri terhuyung, menatap bulan diatas sana. Kemudian mengambil jaketnya dan mengenakannya.*
ADEGAN 3
Manna : Ma...manusia... bersayap? Manusia bersayap? Masih adakah mereka? Ah! Tak boleh ku terpana padanya. Sebaiknya, segera kuserap darahnya. Demi Mae. Mae.
Mae : Mama....(diselingi batukan)
Manna : Ya sayang?
Mae : Mae sakit apa mama? (diselingi batukan)
Manna : Kamu sehat sayang. Sangat sehat. Mama tidak akan membiarkan Mae sakit. Pak dokter saja bilang mae sehat kan?
Mae : Tapi tenggorokan mae panas ma.(diselingi batukan)
Manna : Sayang, Mae tidak apa apa? Ini, minum dulu Mae.
Mae : Mama, kepala mae pusing. Mae mau tidur. (diselingi batukan)
Manna : tidurlah mae sayang, mama nyanyikan nina bobo kesukaanmu ya?
Mae : Mama, bolehkah mae bertanya? (diselingi batukan)
Manna : Tentu saja boleh, Mae sayang.
Mae : Mama, apakah setelah mae tidur, mae tidak akan bangun lagi? (diselingi batukan)
Manna : Ma...Mae, kenapa bertanya begitu? Kok anak kecil bertanya seperti itu?
Mae : Mae takut tidak bisa melihat mama lagi (diselingi batukan)
Manna : Mae, sekarang mae tidur ya sayang. Mama akan tetap disini, Mae pasti akan bangun dan melihat mama.
*Mae jatuh tertidur dengan mana meninabobokannya*
Kakek : Manna! Mau kemana kamu!
Manna : Aku harus mencarinya, ayah. Harus. Demi Mae.
Kakek : Aku menentangmu Mana! Sadarkah apa yang kau lakukan pada Mae jika kau melakukannya? Kau ingin Mae sepertimu?
Manna : Ayah, dia anakku. Dan aku hanya ingin anakku sembuh. Tak bisakah ayah mengerti?
Kakek : Aku tak mengerti. Sama sekali tak mengerti jalan pikiranmu! Kau ingin anakmu sendiri terjebak dalam dimensi kehidupan ini? Kau ibu gila, Mana! Tak ku izinkan kau melakukan itu! Takkan pernah! Buka matamu Mae!
Manna : Ia anakku ayah! Aku berhak atasnya!
Kakek : Mana! Teganya kau bermain kepemilikan dengan ayah mu?
Manna : Maaf ayah, hanya ini yang dapat kulakukan demi Mae.
Kakek : Pikirkan kembali Manna. Aku menentangmu, aku tahu kau takkan melakukannya terhadap Mae.
Manna : Akh! Bodoh!
*Manna mengendap dari tempat persembunyiannya dengan sebuah botol kecil dan kain dalam genggamannya*
Manna : ayolah! Kumohon! Semoga cukup. Semoga.
*Manna mengendap pulang*
Manna : Mae sayang, bangun yuk.
Mae : Mama?
Manna : Bangun sayang. Sudah waktunya minum obat. Mae minum obatnya dulu ya.
Mae : obat lagi ma?
Manna : Ya. Diminum pelan-pelan ya mae.
Mae : Akh! Mama!
Manna : Ada apa Mae? Apa yang sakit? Tenggorokan? Kepala pusing?
Mae : Ma, kepala mae tidak pusing lagi. Mae segar, mama. Mae sudah tidak batuk lagi, tenggorokan mae tidak sakit lagi. Mae sembuh mama.
Manna : Ya ampun sayang. Ya, ya. Mae harus beristirahat agar lebih cepat sembuh. Mae sayang, tidur lagi ya.
Mae : Ya mama.
*Mae tertidur*
Kakek : Manna! Apa yang kau lakukan pada mae? Kau tidak melakukannya kan?
Manna :
Kakek : Manna! Jawab aku, hilangkah bibirmu itu? Cih!
Manna : Ia anakku ayah!
Kakek : Katakan padaku kau tak melakukannya! Mae anakmu? Cuih! Ibu macam apa kau? Kau mendorong anakmu sendiri kedalam jurang! Pikiranmu kau simpan dalam kotak dan kau tutupi kain hitam, hah? Pikirkan Mae, Manna! Katakan padaku, kau TIDAK melakukannya!
Manna :
Kakek : Katakan Manna! Aku mendengar desas desus, berita cepat disebarkan bibir mereka, Manna! Taukah kau apa yang kudengar? Manusia. Manusia bersayap! Masih ingatkah kau pada mereka? Oh, ya. Tak mungkin kau lupa. Setelah sekian ratus tahun tak pernah muncul lagi, kini ada satu diantara mereka muncul. Katakan padaku kau tak mencarinya!
Manna : Itu hakku ayah!
Kakek : Kau ambil jantungnya?
Manna : Bukan urusanmu.
Kakek : Jangan katakan yang aku takutkan. Manna, apa kau melakukannya?
Manna :
Kakek : JAWAB AKU MANNA!
Manna :
Kakek : Kau berikan darah manusia bersayap pada mae!
Manna : Ia anakku ayah. Aku hanya ingin Mae sembuh. Aku tak peduli apapun. Hanya kesembuhan Mae yang utama bagiku. Hanya itu yang kuinginkan! Tak bolehkah Mae sembuh?
Kakek : Manna! Kau dibutakan! Tak tahukah kau efek dari darah manusia bersayap berbeda dengan jantungnya? Mae juga cucuku! Aku juga ingin ia sembuh, tapi bukan dengan cara seperti ini! Kau sesatkan anakmu sendiri! Mae masih polos Manna! Teganya kau meruntuhkan kepolosan anakmu sendiri! Pantaskah kau sebut dirimu ibu?
Manna :
Kakek : Darah manusia bersayap. Lain dengan jantungnya yang membuatmu hidup abadi. Darah memiliki efek berbeda Manna. Dan, kau tahu sendiri, Jantung maupun darah mereka suci! Mereka makhluk suci, tak bernoda! Dan tanganmu menodai mereka. Semuanya memiliki timbal balik, Manna! Selalu ada balasannya! Tak tahu lagi apa yang dapat kukatakan padamu. Kau bodoh, Manna. Yang tidur disana, bukanlah cucuku lagi, Mae bukan cucuku, ia telah menjadi monster. Kau yang menciptakan monster itu, Manna.
ADEGAN 4
Mae : Mama!
Manna : Mae sayang, sudah bangun?
Mae : Mama, Mae lapar. Bolehkah Mae makan?
Manna : Tentu saja sayang. Sini, sama mama. Mama ambilkan makanan.
*Mae makan dengan lahap*
Mae : Mama, Mae main keluar ya?
Manna : Tapi sayang, Mae kan baru sembuh?
Mae : Ayolah ma, Mae ingin bermain diluar seperti yang lain.
Manna : Hmm. Baiklah, tapi, nanti kalau Mae capai,lapar,atau sakit,segera pulang kerumah ya?Janji dulu pada mama.
Mae : Iya mama.
ADEGAN 5
Beppu : Selamat Pagi.
Penduduk : Selamat Pagi. Hari yang cerah,bukan?
Beppu : (tersenyum dan berjalan perlahan)
*Beppu berjalan dan melihat gerombolan semak bunga,dan melihat Mae tengah melakukan sesuatu*
Mae : Hai!
Beppu : (terpana) Ha...hai.
Mae : Siapa kamu?
Beppu : Namaku Beppu. Namamu siapa?
Mae : Namaku Mae.
Beppu : Nama yang indah.
Mae : Namamu juga menarik.
*Beppu melihat seekor kelinci, tubuhnya mengerut dengan organ terburai, seolah tubuhnya tak berisi lagi.*
Mae : Aku belum pernah melihatmu disini, kamu orang asing ya?
Beppu : (Mengangguk, tanpa henti memandang wajah Mae)
Mae : Aku tinggal dirumah kayu diujung sana bersama ibu dan kakek (Menunjuk arah tertentu). Ibuku bernama Louisa Manna, ia cantiiiiiiiiiiiik sekali, beda dengan kakek. Kakek jelek, keriput, tua lagi!
Beppu : Hmmm. Berapa umurmu?
Mae : Tujuh tahun, Kamu?
Beppu : (Tercekat dan tak tahu harus berkata apa)
Mae : Hei...hei...Mau kuceritakan sebuah rahasia?
Beppu : Rahasia apa?
Mae : Sini, Mendekatlah!
Beppu : (bergeser dari duduknya, mendekati Mae)
Mae : Ibuku, Louisa Manna sudah berumur tujuh ratus lima puluh tahun. Tapi, ia masih muda, dan cantik sekali! Katanya, ia bisa terus-terusan muda karena makan jantung manusia bersayap.
Beppu : (Gemetar)
Kakek : Mae! Dimana cucuku?
Mae : Itu suara kakekku yang cerewet, ia pasti memanggilku untuk pulang. Dah! Aku pulang dulu ya, Sampai bertemu lagi!
*Kakek tiba*
Kakek : Apapun yang kau lihat ini, tolong jangan kau katakan pada siapapun. Kumohon.
Beppu : Apa yang sebenarnya terjadi?
Kakek : Kau takkan mempercayainya.
Beppu : Ceritakan padaku. Ceritakan semuanya.
ADEGAN 6
Manna : Makannya pelan-pelan saja sayang
Mae : (disela suapan) Tadi, mae bertemu seseorang
Manna : Oh ya? Siapa?
Mae : Ada, ia baik sekali! Sekarang, ia teman Mae.
Manna : Benarkah? Bagus sekali, mae sekarang bisa bermain dengannya bukan?
Mae : Iya, Mae ingin bermain dengannya lagi.
Manna : Tapi, tak baik mengajak orang asing berbicara, sayang.
Mae : Tapi, ia terlihat baik hati ma.
Manna : Semua orang, terlihat baik hati pada awalnya.
Mae : Mama terlalu berlebihan, dia memang seorang yang baik hati, dan ia teman Mae.
Manna : Mama berlebihan karena mama terlalu sayang padamu.
Mae : Mae juga sayang mama, tapi mae tak pernah melarang mama ini dan itu. Oh, ya. Teman Mae bernama Beppu!
Manna : Nama yang aneh. Nah, Mae kan sudah makan, sekarang, Mae harus istirahat.
ADEGAN 7
Kakek : Yang kau lihat tadi itu, cucuku, Mae. Usianya baru tujuh tahun. Ayahnya, yang anak lelakiku, meninggal dua tahun yang lalu. Wabah virus melanda didaerah ini, dan obatnya belum ada. Kupikir, Mae dapat bertahan. Tapi kiraku salah kali ini. Disaat yang lain berangsur membaik, Mae terserang virus itu. Ia jatuh sakit dan sekarat lima hari yang lalu. Virus yang sama menyerang tubuhnya yang mungil. Tapi... Menantuku, Manna. Ia tak menyerah. Apapun dilakukannya demi Mae. Apapun itu. Dia tak rela kehilangan Mae. Semua dilakukannya, Dia...
*Memandang Beppu*
Kakek : Pernahkah kau dengar legenda ini ? Legenda manusia bersayap, manusia bersayap yang hidup di pegunungan tertinggi Teatimus ? makhluk berwajah elok, dengan tubuh tegap, yang hidup selama beratus-ratus tahun, entah sampai kapan, tak ada yang tahu. Pernahkah kau mendengar kisah ini?
Kisah ini, kisah dongeng klasik turun temurun, kisah yang diceritakan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, kisah yang tak pernah punah. Terbang dibawa angin, dan dibisikkan pada dedaunan di pohon. Nyaris seluruh manusia mengetahui kisah ini, jauh tersimpan dalam kerahasiaan. Di kedalaman lubuk jantung manusia. Bukan sembarang jantung manusia, tapi jantung manusia bersayap. Tadi, itu... Yang tadi bukanlah Mae. Ia bukan cucuku. Yang tadi hanyalah iblis, monster yang mendekam dalam tubuhnya. Mae sudah meninggal kemarin, yang kita lihat, hanyalah iblis. Dia... Oh! Dia...
Beppu : Ya tuhan. Tenanglah Pak tua. Istirahatkan hatimu!
Kakek : Aku tak mungkin beristirahat melihat kekejaman cucuku. Dia bukan Mae. Mae ku yang polos telah pergi kemarin.
Beppu : Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. (Melepas jaket)
Kakek : Kau... kau.. Manusia ..bersayap? yang dibicarakan...Manna.
Beppu : Ya, Aku manusia bersayap, sayang sayapku cacat. Jumlah kaum kami semakin tipis. Manusia memburu kami, hanya demi keabadian. Jika tak berhasil mendapatkan jantung kami, mereka memburu organ lainnya, hati, paru, ginjal, lambung, yang mana saja, demi keabadian. Demi kemudaan dan kehidupan abadi. Harapannya adalah hidup kekal. Pak tua, percayakah kau dengan kehidupan abadi?
Kakek : Manusia tak tahu bahwa keabadian bukanlah rahmat. Keabadian hanyalah kutukan tak berujung. Terkutuklah mereka yang mengambil bukan milik mereka.
Beppu : Ya. Dan itu berlaku bagi semuanya. Tak terkecuali Mae.
ADEGAN 8
*Manna baru terbangun dari tidurnya, dan tak dapat menemukan Mae yang sebelumnya pergi berjingkat*
Manna : Mae? Mae? Sayang, dimana kamu? Ya tuhan! Dimana Mae?
*Bunyi kentongan*
Mae : Mama!
Manna : Mae! Ya tuhan. Mae, Mae berdarah sayang.
Mae : Aku tidak terluka mama.
Manna : Tapi, sayang, wajahmu berciprat darah Mae. Tidakkah mae merasakan sakit?
Mae : Bukan darahku ma.
Manna : Ah...
Mae : Ini darah...
Manna : Ssssh. Ssssh. Pelan-pelan saja mengatakannya,Mae. Sini, mari mama bersihkan dulu wajahmu. Ayo kita lap dulu.
Mae : Ma...
Manna : Sssst.
*Dalam hening yang canggung, tiba-tiba pintu dibuka dan langsung ditutup kembali*
Kakek : Monster! Dia... dia...
Manna : Ayah!
Kakek : Kau biarkan dia melakukannya, Manna?
Manna : Biarkan ia beristirahat, ayah.
Kakek : Bangsa monster dan iblis tak butuh istirahat, Manna.
Manna : Ayah, tunggu aku. Aku akan menidurkannya dan kita akan bicara.
ADEGAN 9
Warga 1 : Pukul berapa sekarang?
Warga 2 : satu.
Beppu : Ada apa ini?
Warga 2 : Aha! Ini dia si orang asing! Belum pernah terjadi hal seperti ini! Pasti ia pelakunya!
Warga 1 : Tak diragukan lagi, sejak ia datang kesini, hewan-hewan mati mengenaskan. Kali ini, suami-istri dan anak keluarga tak berdosa yang mati. Besok? Keluarga kitakah incarannya? Siapa yang tahu?
Warga 3 : Mengapa kau lakukan itu? Kejam kau!
Beppu : Apa maksud kalian semua? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kalian maksudkan.
Warga 1 : Halah! Kau masih sanggup berpura-pura rupanya.
Warga 2 : Kau sudah lupa pada korbanmu? Bayi keluarga Arema yang hilang kepala dan jantungnya, bayi yang kini tubuhnya kisut.
Warga 3 : Tak hanya itu! Kau kemanakan jantung kedua orang tuanya? Brengsek ! Biadab sekali!
Warga 1 : Tak salah lagi, pasti dia pelakunya!
Warga-warga : YA! TANGKAP DIA! BUNUH!
Warga 2 : TIADA AMPUN BAGINYA!
Warga 3 : BIADAB! KEJAM SEKALI PERBUATANNYA. TANGKAP DAN BUNUH SAJA DIA!
Warga 1 : YA! JANGAN BIARKAN DIA LOLOS!
ADEGAN 10
Kakek : Kau tak bisa membiarkan hal itu terjadi!
Manna : Tentu saja aku bisa! Kita hanya perlu menutup mulut, dan mengaku tak tahu apa-apa!
Kakek : Kau tak bisa tutup mulut, Manna!
Manna : Aku bisa menutup mulut, ayah!
Kakek : Oh, ya! Kau bisa tutup mulut, tapi sampai kapan? Selama kehidupan abadimu dan Mae? Sampai jatuh korban lagi? Kau tidak bisa tutup mulut, Manna! Apa yang dapat kau katakan? ‘Maafkan anakku yang telah membunuh anak kalian?’ Segampang itukah persoalannya? Mae seorang pembunuh, Manna! Ia bukanlah seorang gadis kecil polos yang kita kenal dulu. Ia iblis! Kau yang mengubahnya menjadi iblis.
Manna : Dia masih kecil, ayah! Mae belum mengerti apa yang dilakukannya!
Kakek : Kau pikir tindakan Mae yang membunuh itu hanyalah sekadar kenakalan seorang anak kecil?
Manna : Ia tidak mengerti apa yang dilakukannya, Ayah.
Kakek : Astaga, Manna! Sadarlah! Ia adalah iblis! Kau yang mengubahnya menjadi iblis Manna!
Manna : Ayahlah yang harus disadarkan! Aku telah sadar selama tujuh ratus lima puluh tahun! Ayah tak perlu mengguruiku mengenai hal ini. Aku cukup sadar selama tujuh ratus lima puluh tahun ini, sadar untuk melihat sanak saudaraku, suami-suamiku, dan anak-anakku mati satu persatu! Sadar bahwa aku sudah hidup tujuh ratus lima puluh tahun, ditinggalkan oleh semuanya, Ayah!
Kakek : Tidak seharusnya Mae meminum darah manusia bersayap. Ia terkutuk, Manna! Dia telah dikutuk! Ia mengambil apa yang tak seharusnya diambilnya!
Manna : Ayah tak mengerti.
Kakek : Bagian mana yang tak kumengerti?
Manna : Semua yang kucintai mati, Ayah! Tidakkah ayah mengerti? Untuk kali ini saja. Aku ingin Mae hidup! Aku ingin Mae sehat seperti anak lainnya!
Kakek : Mereka memiliki akhir hidup mereka, Manna. Kau tak bisa menyalahkan mereka atas penderitaanmu!
Manna : Aku tahu, Ayah! Mereka semua memang memiliki akhir! Tapi tidak bagiku. Tak pernah ada akhir bagiku! Aku lelah, ayah! Lelah yang amat sangat. Aku lelah dan benci menjadi orang yang harus mengiringi kepergian mereka. Selalu aku yang terakhir menangisi mereka, aku lelah mengiringi pemakaman sepanjang umurku ini.
Kakek : Kau pikir, beberapa tetes darah manusia bersayap akan membuat Mae hidup abadi sepertimu? Tidakkah kau lihat bedanya antara dirimu dan Mae? Tak sadarkah kau betapa besar bedanya proses keabadian yang ingin kau capai demi Mae? Dengarkan kata-kata manusia bersayap, Manna!
Manna : Manusia bersayap? Apa yang dikatakannya?
Kakek : Darah. Berbeda dengan jantung manusia bersayap. Jantungnya berefek memberikan keabadian bagi manusia yang memakannya. Tapi darah, berbeda sekali dengan jantungnya, ia tak membuat Mae hidup selama-lamanya seperti dirimu. Ia memberi Mae keabadian dengan cara lain. Darah memang membuat Mae segar, ia menjadi kuat, bugar, sangat sehat malah. Tapi ia tetap rentan, Manna. Anakmu itu butuh darah segar lainnya. Kau menjerumuskan anakmu sendiri, Manna. Kau meminta Mae menemani hidupmu dengan cara yang sangat mengerikan.
Manna : Aku tak bermaksud begitu!
Kakek : Kau merusak semuanya, dan tak termaafkan perbuatanmu itu, Manna. Biarkan Mae pergi, lepaskan dan relakan ia. Jangan biarkan ia membunuh lebih banyak nyawa lagi. Hanya itu cara untuk menebus kesalahanmu Manna. Jalan yang terbijak bagi kita semua. Kudengar dari Manusia bersayap, hanya apilah yang dapat membunuh Mae.
*Manna hanya diam, terkunci tatapan ayah mertuanya, tiba-tiba Mae berlari dan melompat keluar*
Manna : Mae! Mau kemana Mae?
ADEGAN 11
Kakek : Astaga, Mae sayang, hentikan perbuatanmu Mae. Dengarkan kakek.
Kakek : Lepaskan gigitan itu, Mae!
*Mae membuka gembok gudang dan berlari masuk*
Beppu : Mae?
Mae : Darah. Aku mencium wangi darah. Manis sekali. Aku haus, Beppu.
Beppu : Mae!
Kakek : Aku akan menghentikanmu sekarang juga, Mae!
Beppu : Pak tua!
Kakek : Ya tuhan, maafkan lah aku, maafkan kakekmu ini, Mae. Ini demi kita semua, demi kebaikanmu juga, sayang. Istirahatlah dengan tenang,Mae. Ini kakek lakukan, karena kakek sangat mencintaimu,Mae. Maafkan kakek.
Manna : Ayah! Hentikan! Mae anakku! Dia berhak hidup!
Kakek : Ya, dia berhak hidup. Tapi kehidupan tidak sedang membelanya!
Manna : Ayah tidak berhak mengambil Mae dari sisiku!
Kakek : Ia bukan Mae, Manna! Sadarlah! Ia hanyalah iblis yang berada dalam tubuh Mae. Mae sudah lama meninggal!
Manna : dia satu-satunya anakku!
Kakek : Cih! Untuk apa punya anak iblis? Diskon dan bonus pun, aku tak ingin punya anak iblis,Manna.
Manna : Mae bukanlah iblis, ia hanya berbeda. Tidakkah ayah mengerti?
Kakek : Perlukah izin darimu untuk menghancurkan Mae selama-lamanya? Ini demi kebaikan semuanya! Kau ingin ia membunuh lagi, kau ingin melihat wajah pucatnya yang ketakutan setiap kali ia selesai membunuh? Atau kau ingin ia menempuh resiko membunuh warga-warga diluar sana? Sampai kapan kau ingin menyiksa Mae?
Beppu : Manna. Sepanjang Mae hidup, ia akan terus membutuhkan darah segar. Ia akan membunuh, dan terus membunuh tanpa bisa kita cegah. Dan itu terus menerus meningkat seiring dengan pertumbuhannya. Sanggupkah kau biarkan Mae membunuh begitu banyak nyawa tak berdosa? Dapatkah kau?
Kakek : Sudah kau dengar bukan? Mae akan tersiksa! Anak sekecil ia akan shok atas apa yang dilakukannya, Manna! Ingatkah kau pada sorot matanya yang ketakutan saat ia membunuh sekeluarga Arema? Kau masih mau melihat sinar seperti itu dimatanya?
Manna : Cinta tak pernah ternoda oleh keburukan seperti itu.
Kakek : Jangan dibawa-bawa masalah cinta! Aku muak! Aku juga mencintai Mae, tapi aku harus melakukan ini, karena aku mencintainya, aku tak ingin cucuku menjadi iblis.
*Mae bergerak cepat dan menerkam Kakek*
Manna : AYAH!
Kakek : Man...Manna...anakk...u...
Manna : Tunggu ayah! Aku akan menyelamatkanmu.
*Manna mencari liar, mengambil kain untuk menyerap percikan darah Beppu*
Kakek : Manna, kau tahu aku tak ingin. Biarkan aku pergi. Toh, aku sudah tua. Lepaskan aku bersama Mae, lakukanlah anakku.
Manna : Tidak! Kau!
Beppu : Kau menginginkan jantungku?
Manna : Ya! Jantungmu! Kaummu yang membuatku seperti ini, memerangkapku dalam keabadian. Sekarang, berikan jantungmu padaku!
Beppu : Kalau yang kau inginkan adalah jantungku, silahkan. ( berdiri tegak dan membentangkan sayap) Kau gila.
Manna : Ya, aku memang gila. Aku gila ditinggal semuanya! Tuhan sudah menciptakanmu. Dan inilah alasannya bukan, jika tidak, apa alasan kau diciptakan?
Mae : Mama! (Menyerang Manna)
Manna : Mae?? Apa yang kau lakukan!
Mae : Tidak!
Manna : Mengapa tidak? Demi kakekmu! Dan kita bertiga bisa hidup abadi selamanya, sayang!
Mae : Tidaaak!
Manna : Tegakah kau melihat kakek mati, Mae?
Mae : Menepilah, mama.
Manna : Kau ingin melihat kematian, Mae?
Mae : Biarkan kakek beristirahat,ma. Relakan kakek.
Manna : Mae,mengapa?
Mae : Biarkan kakek beristirahat dengan tenang, mama.
Manna : Kematian sangat menyakitkan, Mae! Kita merasakan sakitnya ditinggalkan. Hatimu hancur lumat oleh rasa sakit itu, sayang. Kau terpaksa dipisahkan dari orang yang kau cintai hanya karena kematian! Kematian adalah durjana tiada banding!
Mae : Kematian memang menyakitkan ma. Tapi akan lebih baik bila kita membiarkan kakek beristirahat dengan tenang. Kematian bukanlah akhir ma. Dari kematian akan terlahir lagi yang baru, agar ada suatu permulaan, dan agar semuanya tak usang. Jangan biarkan kakek menjadi seperti aku ataupun seperti mama. Itu perbuatan yang sangat biadab. Mama pun tahu kakek benci perbuatan mama itu, bukan? Biarkan kakek beristirahat dengan tenang.
Kakek : Man...mann...a... Mae harus pergi sekarang, bersamaku.
Beppu : Gudangnya terbakar! Kita harus keluar dari sini!
Kakek : Manna, anakku... relakan kami. Pergilah bersama Beppu...
Beppu : Arrrrrrgh!
Manna : Ayah!
Kakek : Tak...apa-apa... jangan... pikirkan... aku... tinggalkan saja...
Manna : Ayah!
Beppu : Ayo, kita harus pergi, Manna. Sebelum gudang ini habis terlalap api.
Manna : Mama mencintaimu, sayang. (berjalan perlahan menuju kobaran api yang melalap sisi gudang)
Mae : Beppu! (menggapai tangan beppu dan bertautan) Beppuuuuuuuuuuu!
Manna : Selamat tinggal sayang, penderitaan sudah berakhir. Mae akan beristirahat dengan tenang disana.
Mae : Mama......
Beppu : Manna, kita harus keluar! (Menarik tangan Manna menuju keluar) Mae... selamat tinggal...
Manna : Selamat tinggal Mae... Mama mencintaimu...
ADEGAN 12
(Monolog Mae)
Ibuku bernama Louisa Manna, yang berumur tujuh ratus lima puluh tahun, tapi terlihat muda dan sangat cantik. Cerita tentang kakekku, tentang Beppu. Satu-satunya sahabatku, ia baik sekali! Konon, ibuku bisa muda dan cantik karena dulu memakan jantung manusia bersayap. Kasihan ibu. Dulu, mama baru melahirkan seorang anak laki-laki katanya. Tapi, ada penyakit yang menggerogoti tubuh mama. Mama takut anaknya tidak punya ibu, makanya mama mencari jantung manusia bersayap agar bisa terus bersama anaknya. Mama hanya berusaha untuk menjadi ibu. Kata kakekku, ini kutukan oleh manusia bersayap. Siapapun yang memakan jantungnya akan bernafas dalam penderitaan. Tapi, bukan salahku meminum darah manusia bersayap. Waktu itu,mama yang memberikannya padaku, mama terlalu sayang padaku dan tak ingin berpisah dariku. Karena itu aku tetap bertahan, kasihan mama, selalu ditinggalkan, dan berapa ratus pemakaman yang dilewati mama? Kali ini, aku ingin menemani mama, dan membuat mama tersenyum. Hanya saja,kebiasaan burukku tidak dapat diubah, dan kakek sangat marah. Aku membutuhkan darah segar, darah yang lebih kental, gurih, dan manis. Ini pembunuhan pertamaku pada manusia, tak ragu aku cabik-cabik bayi dan orangtuanya itu, ku sobek bokong, lengan, dan kuhisap darahnya dari tulang belakang. Nah, kisahku berakhir disini, mama dan Beppu sekarang berkelana bersama. Aku sudah bisa melepaskan mama, dan membiarkan mama tersenyum bersama Beppu. Jika kalian bertemu dengan wanita muda dan cantik yang usianya lebih dari tujuh ratus lima puluh tahun, itu pasti mamaku!
Diadaptasi dari Cerpen Malaikat Jatuh karya Clara Ng
Dengan perubahan seperlunya.